Low Carbon and Sakura Exchange Program in Science 2020, The University of Kitakhyushu Jepang, 22-28 Januari 2020

31 Januari 2020

Low Carbon and Sakura Exchange Program in Science 2020, The University of Kitakhyushu Jepang,

22-28 Januari 2020

 

(Kitakyushu 22/01/2020)

Sakura Science Exchange Program adalah program exchange yang merupakan salah satu bentuk dari kerjasama beberapa Universitas di Indonesia, termasuk Universitas Andalas dengan Kitakyushu University, Jepang. Program ini telah berjalan selama dari tahun 2014 dimana pada tahun ajaran 2019/2020 dilaksanakan pada tanggal 22-28 Januari 2020 di Kota Kitakyushu, Jepang. Delegasi Teknik Lingkungan Universitas Andalas tahun 2020 ini adalah Aditya Riansyah dari Program Studi S1 Teknik Lingkungan angkatan 2015. Program ini disupport penuh oleh Japan Science and Technology Agency dan pihak kampus Kitakyushu University oleh Matsumoto-sensei dan Fujiyama-sensei. Selama program berlangsung, peserta didampingi oleh ibu Indriyani Rachman dan mahasiswa Indonesia yang sedang melaksanakan studi di Kitakyushu University.

Pada kesempatan ini peserta diajak untuk mengunjungi berbagai tempat yang dapat dijadikan percontohan dalam hal pengelolaan lingkungan di Kota Kitakyushu. Kitakyushu menjadi salah satu kota industri modern di Jepang ketika Yahata memiliki pabrik baja. Saat itu, industri berkembang pesat di Kitakyushu. Seiring dengan berkembangnya industri tersebut, polusi yang dihasilkan kian meningkat. Buruknya polusi di Kitakyushu menyebabkan kota ini dijuluki dengan “Sky with Seven Colors of Smoke” dan “Sea of Death”. Tahun 1963, 102.000 orang yang tinggal di Kitakyushu bergerak untuk mengembalikan birunya langit dan keseimbangan ekosistem laut Kitakyushu. Kitakyushu dapat meraih kembali laut dan udara bersih dalam 20 tahun berkat kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan perusahaan.

Adapun agenda sakura program ini cukup padat diawali dengan mengikuti agenda Conference yang berjudul The 12th 3R Conference for Asia Local Goverments bertemakan “Local Goverments’ Actions against Plastic Waste Issues and their Challenges” di Kitakyushu International Conference Center. Kegiatan ini berisi presentasi tentang aksi dan kolaborasi yang dilakukan pemerintah lokal Jepang untuk mempromosikan daur ulang sampah plastik serta penerapan teknologi dan project daur ulang sampah plastik oleh perusahaan Jepang. Konferensi yang digelar oleh JESC ini diikuti oleh perwakilan pemerintahan Jepang, perusahaan, dan perwakilan dari negara lain terutama peneliti yang banyak berkecimpung dalam bidang penanganan sampah plastik.

Tempat selanjutnya yang dikunjungi adalah Kitakyushu Eco-town Center yang merupakan bagian dari Technology and Practical Resaerch dan menjadi pusat pembelajaran untuk memberikan pengetahuan tentang project yang ada di Eco-town. Eco-town Center telah menerima 170 juta orang dari berbagai kalangan yang datang untuk belajar. Kurikulum recycling dan produk ramah lingkungan untuk siswa SD patut diapresiasi dan diterapkan di Indonesia sebagai upaya penanaman kesadaran dan edukasi sejak dini. Di Eco-town Center juga terdapat gedung Next Generation Energy Park, pengunjung dapat melihat energi yang dapat mendukung kehidupan dan dapat digunakan untuk generasi selanjutnya.

Tempat selanjutnya yang dikunjungi yaitu PET recycling merupakan perusahaan pertama di Eco-town. Perusahaan itu memproses botol PET menjadi pellet dan flakes. 97% brand Jepang telah melakukan recycling. Pellet merupakan hasil daur ulang berupa butiran hasil pelelehan, selanjutnya diubah menjadi kapas polyester. Kapas yang dihasilkan kering, lembut, dan fleksibel. Kapas akan dibuat menjadi baju, topi dan sandang lainnya. Flakes merupakan hasil pengolahan dalam bentuk serpih, hanya dilakukan penghancuran dalam prosesnya.

Tempat selanjutnya yang dikunjungi yaitu Fukuoka University Research Center atau yang lebih dikenal dengan Institutes for Recycling & Environmental Control System (IRECS) dibangun pada tahun 1997 di kawasan penelitian Kitakyushu Eco-town Distrik Wakamatsu merupakan tempat penelitian pengolahan sampah pertama di Jepang. Pembangunan IRECS sebagai bentuk kolaborasi antara dunia pendidikan, industri, dan pemerintah dalam menciptakan sistem lingkungan yang baik. Fungsi utama dari IRECS adalah sebagai tempat penelitian bagi para akademisi di bidang pengelolaan sampah yang akan diaplikasikan kepada pemerintah maupun industri. Beberapa penelitian yang dilakukan di IRECS antara lain sistem tempat pembuangan sampah, proses daur ulang limbah abu hasil pembakaran industri, proses daur ulang limbah plastik, proses penanggulangan polusi air tanah, dll.

Kunjungan selanjutnya adalah Tanoshi Compos Centre merupakan pabrik pembuat kompos yang terletak di kawasan Eco-town Kitakyushu. Di tempat ini, sampah organik seperti sampah sayuran diolah menjadi kompos. Tahapan membuat kompos dimulai dari pencacahan sampah dalam ukuran besar dengan menggunakan mesin pencacah. Tenaga manusia masih dibutuhkan dalam pencacahan yaitu dalam proses memasukkan sampah ke dalam mesin pencacah dengan bantuan tongkat panjang. Lalu sampah digiling dan dikurangi kadar airnya dengan pemerasan sampah oleh mesin. Air perasan akan dialirkan ke pengolahan air, sedangkan ampas akan dimasukkan mesin “penggorengan” sampah. Proses composting dilakukan selama 6 minggu. Pada minggu ketiga, terdapat cairan yang keluar dari kompos yang merupakan hasil reaksi bakteri aerob. Suhu kompos setiap hari dijaga. Suhu kompos saat proses aerobik bekerja dapat mencapai 70°C dan semakin lama akan semakin menurun. Kompos didistribusikan ke petani seharga ¥10/kg.

Kunjungan selanjutnya adalah Kitakyushu Environmental Museum didirikan pada tahun 2009 di daerah Higashida, Kitakyushu. Museum ini menjadi salah satu pusat edukasi lingkungan yang  mengacu pada Sustainable Development Goals (SDG's) di Kota Kitakyushu, termasuk edukasi tentang 3R, emisi, dan sepak terjang Kitakyushu sehingga menjadi Model Kota Ramah Lingkungan dunia. Kitakyushu Environmental Museum memiliki 3 maskot pengelolaan sampah 3R, yakni Diokun mewakili Reduce, Yoocan mewakili Reuse, dan Saikun mewakili Recycle yang menyambut pengunjung ketika memasuki wilayah museum. Maskot 3R bukan hanya sebagai simbol, namun memiliki nilai yang berarti dan melekat di jiwa masyarakat. Di Kitakyushu seluruh elemen masyarakat termasuk pemerintah dan industri menerapkan 3R dalam kehidupan sehari-hari, karena itulah Kitakyushu menjadi kota yang bersih dan indah.

Kunjungan selanjutnya adalah museum Air Sungai Murasaki merupakan  museum yang berada di bawah tanah, beralamat 1-2 Sembachi, Kokurakita-ku, Kitakyushu. Tidak seperti museum pada umumnya, museum ini juga mengontrol data seperti curah hujan, tinggi muka air, dan kualitas air Sungai Murasaki. Pada saat memasuki museum air, terdapat kronologi yang berkaitan dengan Sungai Murasaki serta sistem pengaliran air limbah di Kota Kitakyushu. Pada museum ini, terdapat jendela kaca setinggi 2,3m x 7,2m untuk mengobservasi kehidupan makhluk hidup di sungai dan fenomena air yang disebut “saltwater wedge” langsung dari jendela tersebut.

Hari ke lima dari short course Sakura Program, mahasiswa diajak mengunjungi Mojiko dengan menggunakan public transportation kereta dari stasiun Yahata menuju Stasiun  Mojiko. Mojiko atau Pelabuhan Moji adalah pelabuhan utama Kitakyushu. Lokasinya terletak persis di ujung timur laut pulau Kyushu dan berhadapan dengan Selat Kanmon yang memisahkan pulau Kyushu dengan Pulau Honsu. Di sini, para mahasiswa mempelajari pelabuhan sebagai pusat perdagangan. Sejak tahun 1889, pelabuhan ini digunakan sebagai pelabuhan domestic tempat perdagangan antarpulau terutama dari Osaka. Pelabuhan Moji sangat indah dan bersih, serta suasananya sangat nyaman, sejuk, dan bebas polusi sehingga dijadikan daerah wisata berbasis lingkungan oleh pemerintah. Selain itu juga menambah nilai ekonomis bagi pemerintah Dekat dengan pelabuhan, berdiri sebuah restoran Jepang bernama San Ki Rou. Para mahasiswa mempelajari tentang restoran Jepang yang terkenal dan merupakan klub sosial yang terkenal di dunia keuangan dan politik pada abad ke-20. Lebih lanjut dalam kegiatan ini, mahasiswa memperlajari kebudayaan Jepang seperti rumah tradisional, tata karma, dan budaya makan di Jepang. Setelah puas berfoto dan mendapatkan banyak ilmu sejarah di   Restoran San Ki Rou, kami diajak ke Mojiko Gallery House. Pada kunjungan ke Mojiko Gallery House, para mahasiswa mempelajari rumah galeri hasil karya seni. Mahasiswa berkesempatan untuk membuat kartu pos berisi pesan dan gambar serta mempelajari mengenai kertas washi dan kertas yoshi yang digunakan untuk kartu pos yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Terakhir tak lupa kami berkunjung ke Tanga Ichiba. Tanga Ichiba adalah pasar khas Jepang, mahasiswa bisa menemukan souvenir khas Jepang, pakaian, dan barang-barang menarik lainnya di sini.

Terakhir peserta Sakura Program  mengujungi 3 tempat di sekitar Eco-town yaitu Hibikinada Biotope, recycle mesin fotocopy, dan recycle mobil. Hibikinada Biotope merupakan biotope yang terbesar di Jepang saat ini dengan luas 41 ha. Biotope ini berdiri di lahan reklamasi yang dibuat tahun 1980-1986.  Dibuka untuk umum sejak bulan Oktober 2012, saat ini hidup 237 jenis burung, 284 jenis tanaman, dan 35 jenis capung. Tanah yang ada di biotope diambil dari beberapa tempat di Kitakyushu sedangkan untuk rawa dan danau airnya berasal dari air hujan. Recycle Mesin Foto copy memulai operasi di kawasan kompleks industrial yang terletak di area Hibikinada, Kota Kitakyushu pada tahun 1998. Di sini, pengunjung dapat menemukan berbagai macam perangkat multifungsi seperti printer, mesin Fax, dan komputer yang kemudian akan di-recycle menjadi suatu raw material dengan cara memisahkan satu per-satu bagian perangkat sesuai dengan jenis dan peruntukkannya. Selanjutnya recycle mobil menggunakan konsep daur ulang yaitu mobil dibongkar seperti proses pembuatan mobil yang di-reverse, pembongkaran mobil dilakukan satu persatu. Pada awal proses terdapat part recovery process, dilakukan pengecekkan kualitas dan pemilahan bagian mobil yang masih memiliki potensi untuk didaur ulang, digunakan kembali, atau bahkan dijual. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi volume sampah yang akan dibuang. Setelah proses pemilahan selesai, bagian mobil yang tersisa ditekan dari atas, samping, depan-belakang hingga berbentuk balok.

 

 

Read 2429 times